Yogyakarta The City of Tolerance tapi Tidak Pernah Masuk Daftar Kota Toleran
Sekoci.net – Yogyakarta digaungkan sebagai City of Tolerance tetapi tercacat kasus intoleransi di Kota Pelajar ini cukup tinggi. Menyikapi hal tersebut Gerakan Masyarakat Gotong Royong Melawan Intoleransi (Gemayomi) menggelar sarasehan dengan tema “Jogja Melawan Intoleransi” pada Jumat, 12 Agustus 2022, di Joglo Cemara Jalan Cemoro Nomor 7, Sidoagung, Godean, Sleman.
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Umum Gemayomi, Mukhtasar Syamsudin dan Ketua Dewan Pembina Gemayomi yang juga Anggota DPR RI, MY Esti Wijayanti. Bersama Dosen UMY, Yuli Qodir, mereka bertiga menjadi narasumber pada sarasehan yag dihadiri oleh 150 peserta dari elemen masyarakat dan tokoh lintas agama.
Pada acara tersebut Mukhtasar Syamsudin mengatakan julukan Yogyakarta sebagai City of Tolerance seakan berhenti pada tatanan retrorika.
“Banyak hasil penelitian sejak 2015 hingga 2022 menempatkan 10 kota toleran di Indonesia tetapi tidak pernah ada nama Yogyakarta masuk dalam 10 kota tersebut. Ini menggugah kesadaran kita semua yang tinggal di Yogyakarta yang dipromosikan sebagai The City Of Tolerance tapi tidak pernah muncul di pengelompokan kota-kota toleran di Indonesia,” jelasnya.
Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menambahkan, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta bersama UGM dan beberapa instansi pemerintahan telah menandatangi kerja sama untuk mewujudkan Yogyakarta menjadi kota toleran dan menjawab pertanyaan dari hasil penelitian tersebut.
Hal senada juga diungkapkan oleh Esti Wijayanti. Kasus intoleransi tidak hanya terjadi baru-baru ini saja tetapi sudah berlangsung cukup lama. “Kasus intoleransi yang saya hadapi sesungguhnya sudah berlangsung cukup lama dan selama itu mayoritas memilih diam tidak bereaksi terhadap kasus-kasus tersebut,” ujarnya.
Esti bersama Gemayomi tidak hanya menyasar kasus intoleransi di Yogyakarta saja. Kelompok ini juga bergerak di beberapa daerah di luar Jawa dan melakukan pendampingan advokasi terkait kasus intoleransi. Esti sangat menyesalkan kenapa justru di kota berdirinya Gemayomi sendiri yaitu Yogyakarta, kasus intoleransi justru cukup tinggi.
Anggota Komisi VIII tersebut juga mengatakan telah mengupayakan regulasi untuk mengembalikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib yang harus diberikan di tingkat sekolah. Juga dilakukan upaya untuk menghentikan kasus kekerasan disekolah, serta pengaturan seragam yang baik untuk sekolah negeri yang tentu berbeda dengan sekolah keagamaan.
“Perlu diatur kurikulumnya, bicara kurikulum pasti ada capaian kinerja dan capaian pembelajaran. Mestinya kalau sekolah negeri tentu metode pembelajaran dan materinya harus sesuai, itu yang kita awasi,” pungkas Esti.
Facebook Comments